Tuesday, May 4, 2010

Belajar Lingkungan di Pengungsian

Judul acaranya lumayan keren, "Workshop Jurnalisme Lingkungan: Manusia, Tata Ruang, dan Lingkungan". Tapi lokasi acaranya di pengungsian. Meski agak mengenaskan--dari sisi fasilitas, mayoritas peserta malah menemukan 'kenikmatan'.


Workshop yang di gelar AJI Kota Semarang dengan didampingi Yayasan SHEEP itu berlangsung selama dua hari, Sabtu-Minggu, 24-25 April 2010. Lokasi acaranya di Balai Pengungsian Desa Kasiyan, sekitar 5 Km dari Jekulo, Kudus.

Dipilihnya balai pengungsian sebagai 'pusat' belajar itu bukan karena ingin sok merakyat atau menderita, melainkan hanya faktor geografis saja. Pasalnya, agenda workshop tak hanya diskusi, tapi juga melihat langsung kondisi lingkungan.

Beberapa peserta yang diundang tak bisa ikut, dengan berbagai alasan. Lebih banyak karena tugas. Namun, acara tetap gayeng. Pesertanya terdiri dari jurnalis dan mahasiswa yang berasal dari Tegal hingga Blora.

Setelah peserta dari luar kota beristirahat sejenak sambil makan siang, kunjungan lapangan pun dimulai. Dengan dua mobil, peserta diangkut ke Pegunungan Kendeng. Dari sumber mata air, lahan pertanian, hingga goa disisir. Jalan sempit dan terjal serta rintik gerimis bukan halangan.

Di tiap lokasi, 'guide' dadakan menjelaskan tempat-tempat yang dikunjungi. 'Guide' tambahan, yakni warga setempat yang ditemui di tiap lokasi, ikut menimpali.

Kunjunga lapangan itu cukup singkat. Hanya 3 jam. Mulai dari jam 13.30 hingga 16.30. Selebihnya peserta bertemu dengan tokoh masyarakat setempat, dan malam harinya sharing tentang isu lingkungan dan hasil kunjungan lapangan.

Esoknya, Minggu 25 April, peserta mendapat asupan dari Pakar Ilmu Lingkungan Undip Semarang, Prof Sudharto P Hadi. Sementara pakar lainnya, Prof Wibowo dari IPB tak bisa hadir karena sakit.

Selain peserta, penghuni balai pengungsian adalah beberapa orang. Mereka merupakan warga setempat sisa bencana banjir awal tahun 2010.

Beberapa warga setempat juga ikut nimrbung dalam workshop. Mereka lebih banyak menyampaikan permintaan agar jurnalis membela kepentingannya. Pasalnya, selama ini mereka merasa terpinggirkan.

"Kalau wartawan tidak membela kami, kepada siapa lagi kami mengadu," kata seorang warga di sela workshop.

No comments: