Sunday, October 2, 2011

Curhat Petani, Nelayan, dan Perangkat Desa di Pati tentang Jurnalis

"Bagaimana membedakan wartawan asli dan gadungan? Bagaimana persoalan kami bisa diliput? Bagaimana cara berhubungan dengan wartawan?"

Pertanyaan-pertanyaan itu muncul dalam "Workshop Mengenal Cara Kerja Media Massa dan Etika Komunikasi dengan Media Massa" yang diselenggarkaan Yayasan SHEEP kerja sama Pokja Wartawan Pati dan AJI Kota Semarang di RM Joyokusumo, Pati, Sabtu, 01 Oktober 2001.

Hadir dalam acara itu, perwakilan kelompok petani, nelayan, dan sejumlah kepala desa. Sebagian pernah berhubungan dengan wartawan dan mengalami hal buruk. Terutama berkaitan dengan uang dan ancaman.

"Acara saya pernah didatangi wartawan. Tapi setelah saya tidak memberi uang, mereka tidak mau datang lagi," kata seorang perwakilan petani.

"Saya dulu kerap sekali didatangi wartawan. Mereka bertanya masalah ini-itu, lalu mengancam akan mempublikasikan," kata seorang kepala desa.

Bagi wartawan, membedakan wartawan beneran dengan gadungan mungkin tidak terlalu sulit. Tapi bagi masyarakat umum, sebaliknya. Sebab dilihat dari fisik, tentu wartawan beneran dengan gadungan tak ada bedanya. Yang membedakan hanya cara kerja dan mentalitasnya.

Acara seperti ini bukan yang pertama, tapi selalu menarik. Pasalnya, insiden-insiden baru terkait pola kerja wartawan di lapangan, muncul. Melalui workshop diharapkan masyarakat kian cerdas dalam berhubungan dengan media massa. Karena dilihat dari sejarah dan ruhnya, dari mereka lah media itu hadir.

No comments: